Ya’juj & Ma’juj Sudah Muncul Di Cina?
Pembicaraan mengenai siapa dan kapan Dzulqarnain hidup bukanlah tema baru. Ulama dan ahli tarikh senior sekelas Ibnu Katsir dan Al Maqrizi tidak lepas dari polemik ini. Ada yang menganggap Dzulqarnain sama dengan Alexander Agung dari Makedonia. Ada pula yang berpendapat bahwa ia adalah Cyrus, kaisar Persia. Ada juga yang menganggap ia adalah seorang raja yang salih yang hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim. Belum lagi perdebatan soal apakah ia seorang nabi ataukah bukan.
Teka-teki tentang Dzulqarnain juga tidak bisa dilepaskan dari misteri tentang bangsa Ya’juj dan Ma’juj dan Tembok yang dibangun oleh Dzuloarnain. Dengan “ijtihad” yang cukup berani, penulis berkesimpulan bahwa:
- Dzulqarnain yang disebutkan dalam surat Al-Kahfi: 83-98 adalah Akhnaton, raja Mesir Kuno yang terkenal.
- Akhnaton sendiri merupakan anak dari Fir’aun yang ditenggelamkan Allah di Laut Merah sewaktu mengikuti Nabi Musa dan pengikutnya.
- Dzulqarnain adalah yang dimaksud dengan lelaki beriman dari keluarga Fir’aun sebagaimana dalam surat Al-Mu’min: 28-33.
- Dzulqarnain adalah nabi yang diutus kepada rakyat negeri Cina,
- Tembok yang dibangun oleh Dzulqarnain saat ini masih eksis di Zhenzhou, Cina.
- Ya’juj dan Ma’juj adalah penduduk Benua Kuda (Benua Asia) yang hidup di wilayah Cina dan sekitarnya.
Buku ini disusun setelah melakukan kajian dan penelitian atas berbagai sumber, fakta, dan bukti otentik. Ekspedisi lintas benua dan samudera berjarak ribuan kilometer pun harus ditempuh. Dari negeri asalnya di Arab Saudi kemudian ke Mesir, Maladewa di Samudera Hindia, Kiribati di Samudera Pasifik, hingga berakhir di Daratan Cina.
Yang jelas, kebenaran isi buku ini adalah bagian dari keajaiban Al-Qur’an yang baru tersingkap pada zaman ini. Nama Hamdi bin Hamzah Abu Zaid, yang merupakan anggota Dewan Penasihat Kerajaan Arab Saudi, menjadi jaminan tersendiri bagi otentitas buku ini.