Syafi’iyah & Asy’ariyah
Ketika Khilafah Abbasiyah melemah, Dinasti Bani Buwaih yang dikenal berpaham Syiah mengendalikan pemerintahan di Baghdad. Sementara di belahan barat Dunia Islam, penguasa Daulah Ubaidiyah (Fathimiyah) yang berhaluan Ismailiyah berkuasa. Praktis kaum muslimin Sunni dalam keadaan lemah. Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama sampai Sultan Alp Arslan dari wangsa Turki Seljuk mengalahkan Bani Buwaih.
Setelah itu mulailah gerakan tajdid (pembaruan) di bidang ilmiah dan pendidikan ilmiah dilakukan oleh Nizhamul Mulk. Tokoh ini merupakan menteri agung di Daulah Turki Seljuk yang punya jasa besar dalam membangun madrasah-madrasah Nizhamiyah. Madrasah-madrasah tersebut mempunyai pengaruh penting dalam menyusutkan pengaruh Syiah, terutama setelah kemunculan tokoh dan karya yang melawan aliran tersebut. Imam Al-Ghazali, misalnya, termasuk pemikir kenamaan yang melancarkan perlawanan terhadap Syiah, terutama terhadap mazhab Bathiniyah Ismailiyah.
Dari madrasah-madrasah Nizhamiyah pula mazhab Syafi’iyah dan Asy’ariyah hingga berkembang luas seperti sekarang. Selain Imam Al-Ghazali dan Imam Al-Asy’ari, tokoh-tokoh sentral yang berperan penting dalam perkembangan mazhab Syafi’iyah dan Asy’ariyah juga diekspose oleh Penulis di dalam buku ini. Di antaranya adalah Abu Ishaq Asy-Syirazi dan Imamul Haramain Al-Juwaini.
Selain itu, Penulis mengajak pembaca untuk menemukan jawaban atas sejumlah pertanyaan penting:
- Bagaimana peran penguasa muslim dalam perkembangan mazhab fikih maupun akidah?
- Mengapa mazhab Syafi’iyah dan Asy’ariyah berkembang pesat?
- Bagaimana hakikat hubungan antara kedua mazhab tersebut?