Mendidik Anak Laki-Laki
Apakah selama ini Anda termasuk orang yang percaya teori adanya masa puber bagi anak muda? Apakah Anda juga yakin bahwa Anda muda harus melalui fase tertentu, di mana ia akan mengalami kegoncangan psikis dan kritis jati diri? Apakah anda juga permisif dan memaklumi tingkah pola tak karuan anak muda mengatasnamakan bagian dari metode pendidikan?
Buku ini mengajak Anda untuk membuang jauh-jauh teori di atas yang sebetulnya hanyalah khayalan tak berdasar. Di mulai dari fakta bahwa pemuda yang cukup kebutuhan jasmani dan rohaninya akan melewati masa mudanya dengan aman, tanpa gejolak karuan yang di sebutkan tadi. Juga penyadaran bahwa dalam Islam tida di kenal istilah remaja (al-murahiq) yang identik dengan kegoncangan dan krisi jati diri. Yang ada, istilah pemuda (syabab) yang lekat dengan semangat maju dan masa depan cerah.
Penulis memberiakan komparsi utuh dua buah masyarakat yang membentuk kehidupan pemuda. Antara masyarakat materialistis di perkotaan dengan masyarakat pedesaan yang masih bebas dari gaya hidup masyarakat pertama. Komparasi tersebut akhirnya menggiring pada sebuah kesimpulan: sejauh mana komitmen masyarakat terhadap islam, sejauh itu ia akan memberikan jaminan bagi pemuda untuk melewati fase kehidupannya dengan baik dan selamat.
Tak berhenti hanya di teori keras semata, penulis juga menyodorkan satu ploa pendidikan parktis bagi pemuda, dengan menjadikan masjid sebagi sentral utama pergaualan sekaligus pendidikan non-formalnya. Memang, sudah saatnya mengakhiri krisis moral pemuda dengan resep dan nilai-nilai islam, dan mendekatkan masjid dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bagaimana caranya, temukan dalam buku ini.