Kisah Para Tabi’in
“Sesungguhnya, orang yang terbaik di antara kamu ialah yang hidup pada kurunku (sahabat), kemudian orang orang yang hidup sesudah kurunku (tabi’in). (HR Muslim nomor 4603)
Keteladanan (uswah, qudwah) barangkali merupakan salah satu barang berharga yang makin langka bagi umat saat ini. Setelah Rasulullah menyatakan para sahabat sebagai generasi terbaik, menyusul kemudian generasi tabi’in. Penggalan hadits di atas adalah salah satu bukti, yaitu rekomendasi Rasulullah akan kualitas para tabi’in.
Tabi’in adalah generasi muslim awal yang masa hidupnya setelah para sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu lebih muda dari generasi sahabat, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa sahabat masih hidup. Singkatnya, mereka merupakan murid dari para sahabat Nabi. Ya, merekalah generasi terbaik setelah sahabat Nabi. Mereka pula para insan teladan yang memberikan teladan dalam mengarungi tantangan zaman, sejak era kejayaan Islam pada masa Khulafa Rasidin hingga pasang surut kejayaan Islam pada masa khilafah Umawiyah hingga permulaan era Daulah Abbasiyah.
Tabi’in yang pertama kali meninggal setelah Najasy adalah Zaid ibn Ma’mar bin Zaid, yaitu pada tahun 30 H, dan yang terakhir wafat ialah Khalaf bin Khulafiah, yaitu pada tahun 181 H. Insya’Allah, buku ini termasuk terjemah paling lengkap yang secara ilmiah fokus memotret profil para tabi’in. Termasuk kelebihan buku ini adalah klasifikasi berdasarkan kompetisi dan letak geografis mereka.
Yang jelas, banyak keladanan para tabi’in yang bisa ditiru melalui buku ini, baik dalam hal kualitasa keimanan, ketakwaan keilmuan, akhlaqul karimah, kezuhudan, kewaraan, ketawadukan, maupun dalam ketekunan ibadah. Juga, dalam keikhlasan kesungguhan, kesabaran, ketabahaan, maupun Keistiqamahan di atas kebenaran. Selamat membaca!